Minggu, 23 Mei 2010

Wasiat-wasiat Generasi Salaf


Ditulis oleh Ustadz Abu Ihsan al Atsari

Allah Ta`ala berfirman dalam kitab-Nya:

وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga, di bawahnya banyak sungai mengalir; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At-taubah : 100)

Dalam ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta`ala memberi pujian kepada para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan. Merekalah generasi terbaik yang dipilih oleh Allah sebagai pendamping nabi-Nya dalam mengemban risalah ilahi.

Sabtu, 22 Mei 2010

Kesabaran Seorang Pemuda Nasrani


Ini adalah salah satu kisah yang diceritakan Nabi Muhammad kepada para sahabat beliau. Saya salin dari kitab Riyadus Shalihin Bab 3, tentang Sabar :

Dari Shuhaib r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada seorang raja pada umat sebelum kamu, dia memiliki satu orang tukang sihir. Ketika dia sudah tua, dia berkata kepada raja: "Sesungguhnya saya telah lanjut usia, maka utuslah kepada saya seorang pemuda agar saya mengajarinya ilmu sihir." Maka raja mengutus seorang pemuda kepadanya untuk diajari sihir. Dan dalam perjalanan pemuda itu menjumpai seorang rahib (pendeta Nasrani), maka dia duduk kepada rahib dan mendengarkan ucapannya, ternyata dia terkesan. Maka apabila ia akan menemui tukang sihir, ia menemui rahib dan duduk kepadanya. Dan apabila mendatangi tukang sihir ia dipukulnya (karena mesti terlambat, pent.) Maka hal itu dia adukan kepada rahib. Rahib akhirnya berkata: "Kalau kamu takut tukang sihir maka katakanlah “Saya tertahan oleh keluarga saya”, dan apabila kamu takut pada keluargamu, maka katakan “Saya tertahan oleh tukang sihir."

Sabtu, 08 Mei 2010

Memaknai Kesabaran


Oleh Al Ustadz Al Fadhil Abu Umar Wahyu Indra, S.S
Seorang muslim adalah seorang yang mengikat hati dan hidupnya untuk meraih keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kebahagiaan hakiki nan abadi berupa surga serta selamat dari kesengsaraan hakiki berupa adzab neraka. Hal tersebut ia buktikan dengan amalan-amalan yang nyata. Dimulai dari pembenaran hatinya akan semua yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya yang diikuti dengan lisannya yang selalu basah dengan berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, beramar ma’ruf nahi munkar, lalu dibuktikan dengan amalan badan dan harta yang bisa disaksikan manusia yang mengenalnya.

Satu di antara sekian ikatan iman yang ada dalam pribadi seorang muslim adalah pemaknaan mendalamnya nilai-nilai kesabaran. Seorang muslim yakin betul bahwa sabar adalah obat jitu dikala menghadapi musibah dan persoalan yang ada di depan mata. Bahkan dalam tinjauan yang lebih dalam bahwa sabar adalah sebuah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang setiap hamba akan mendapatkan pahala dari setiap kesabaran yang ia lakukan. Di antaranya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya):

“Maka bersabarlah dengan kesabaran yang baik.” (QS. Al Ma’arij: 5)

Kamis, 06 Mei 2010

Kisah - Kisah Keajaiban Perang di Gaza, Palestina


Gaza, itulah nama hamparan tanah yang luasnya tidak lebih dari 360 km persegi. Berada di Palestina Selatan, “terjepit” di antara tanah yang dikuasai penjajah Zionis Israel, Mesir, dan laut Mediterania, serta dikepung dengan tembok di sepanjang daratannya.

Sudah lama Israel “bernafsu” menguasai wilayah ini. Namun, jangankan menguasai, untuk bisa masuk ke dalamnya saja Israel sangat kesulitan.

Sudah banyak cara yang mereka lakukan untuk menundukkan kota kecil ini. Blokade rapat yang membuat rakyat Gaza kesulitan memperoleh bahan makanan, obat-obatan, dan energi, telah dilakukan sejak 2006 hingga kini. Namun, penduduk Gaza tetap bertahan, bahkan perlawanan Gaza atas penjajahan Zionis semakin menguat.

Rabu, 05 Mei 2010

"Keutamaan Mati Syahid"


Allah memberikan kepada orang yang mati syahid dengan 7 keutamaan, yaitu:

1. Bau darahnya seperti aroma misk

“Demi dzat yang jiwaku ditanganNya! Tidaklah seseorang dilukai dijalan Allah-dan Allah lebih tahu siapa yang dilukai dijalanNya-melainkan dia akan datang pada hari kiamat : berwarna merah darah sedangkan baunya bau misk” (HR. Ahmad dan Muslim)

Dr. Abdullah Azzam menyampaikan, “Subhanallah ! Sungguh kita telah menyaksikan hal ini pada kebanyakan orang yang mati syahid. Bau darahnya seperti aroma misk (minyak kasturi). Dan sungguh disakuku ada sepucuk surat-diatasnya ada tetesan darah Abdul wahid(Asy Syahid, insya Allah)- dan telah tinggal selama 2 bulan, sedangkan baunya wangi seperti misk.”

Surat Dari Ibu Yang Terkoyak Hatinya


Anaku….
Ini surat dari ibu yang tersayat hatinya. Linangan air mata bertetesan deras menyertai tersusunnya tulisan ini. Aku lihat engkau lelaki yang gagah lagi matang. Bacalah surat ini. Dan kau boleh merobek-robeknya setelah itu, seperti saat engkau meremukkan kalbuku sebelumnya.

Cintaku Seujung Kuku


Ketika seseorang yang sudah lama menikah ditanya, sebesar apakah cintamu pada pasanganmu? Seringkali dia menjawab, “Tidak tahu.” Kadang-kadang malah ditambah, “Bahkan aku tak tahu apakah masih mencintainya atau tidak….” Padahal dulu, ketika masih pengantin baru, dia merasa sangat mencintai istri atau suaminya.

Memang, banyak orang yang saat awal menikah begitu mencintai pasangannya, namun seiring berjalannya waktu, cintanya kian surut, dan memudar. Rumah tangga jadi terasa hampa. Semuanya dilakukan hanya sebagai rutinitas, tak bermakna, dan hati pun jauh dari bahagia.

Kita tentu tak ingin, yang seperti itu terjadi dalam rumah tangga kita. Akan tetapi…jika rasa cinta kita pada pasangan benar-benar kian memudar, adakah resep mujarab yang bisa menumbuhkannya kembali? Tentu saja ada! Bukankah di antara pasangan yang sudah bercerai saja banyak yang masih bisa rujuk? Apalagi yang belum bercerai!

Di Manakah Tali Cinta-mu Bergantung?


Oleh : Abu Umar Basyier

Cinta itu anugerah. Tak seorangpun menampiknya. Karena anugerah, maka cinta kerap datang secara tiba-tiba, bahkan seringkali tanpa si pemilik cinta menghendaki kehadirannya. Yah, betapa banyak di antara kita yang ‘menyesal’ karena lebih menyukai gudeg ketimbang burger. Tapi kecintaan pada makanan itu datang begitu saja
Persoalannya, meski cinta datang tak terduga-duga, ia selalu punya alasan kenapa hadir dalam kehidupan nyata. Cinta selalu datang dari pipa saluran yang berbeda-beda, meski sumbernya adalah sama. Berbeda pipa, karena berbeda alasan. Masing-masing alasan menentukan kwalitas cinta. Bingung? Mari deh, kita simak penuturannya berikut ini.

Selasa, 04 Mei 2010

Kisah Abu Qudamah (2)



Setibanya di pos perbatasan kami menurunkan semua muatan dan bermalam di sana. Keesokan harinya setelah menunaikan shalat fajar, kita bergerak ke medan pertempuran untuk menghadapi musuh.

Sang komandan bangkit untuk mengatur barisan. Ia membaca permulaan Surat al-Anfaal. Ia mengingatkan kami akan besarnya pahala jihad fi sabilillah dan mati syahid, sambil terus mengobarkan semangat jihad kaum muslimin.

Abu Qudamah menceritakan, "Tatkala kuperhatikan orang-orang di sekitarku, kudapati masing-masing dari mereka mengumpulkan sanak kerabatnya di sekitarnya. Adapun si bocah, ia tidak punya ayah yang memanggilnya, atau paman yang mengajaknya, dan tidak pula saudara yang mendampinginya.

Akupun terus mengikuti dan memperhatikan gerak-geriknya, lalu terlihatlah olehku bahwa ia berada di barisan terdepan. Maka segeralah kukejar dia, kusibak barisan demi barisan hingga sampai kepadanya, kemudian aku berkata, "Wahai anakku, punyakah engkau pengalaman berperang..?"

"Tidak.. tidak pernah. Ini justru pertempuranku yang pertama kali melawan orang kafir," jawab si bocah.

"Wahai anakku, sesungguhnya perkara ini tidak segampang yang engkau bayangkan, ini adalah peperangan. Sebuah pertumpahan darah di tengah gemerincingnya pedang, ringkikan kuda, dan hujan panah.

Wahai anakku, sebaiknya engkau ambil posisi di belakang saja. Jika kita menang engkaupun ikut menang, namun jika kita kalah engkau tidak menjadi korban pertama," pintaku kepadanya.

Lalu dengan tatapan penuh keheranan ia berkata," Paman, engkau berkata seperti itu kepadaku..!?"
"Ya, aku mengatakan seperti itu kepadamu," jawabku.

"Paman.. apa engkau menginginkanku jadi penghuni neraka..?" tanyanya.
"A'uudzubillaah!! Sungguh, bukan begitu.. kita semua tidak berada di medan jihad seperti ini kecuali karena lari dari neraka dan memburu surga," jawabku.

Lalu kata si bocah, "Sesungguhnya Allah berfirman,

"Hai orang-orang beriman, apabila kamu bertemu orang-orang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka(mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan lain, maka sesungguhnya orang itu kembali membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahanam. Dan amat buruklah tempat kembvalinya itu."(QS. Al-Anfaal: 15-16)

Kisah Abu Qudamah (1)

Abu Qudamah dahulu dikenal sebagai orang yang hatinya dipenuhi kecintaan akan jihad fi sabilillah. Tidak pernah dia mendengar akan jihad fi sabilillah, atau adanya perang antara kaum muslimin dengan orang kafir, kecuali dia selalu ikut serta bertempur di pihak kaum muslimin.

Suatu ketika saat ia sedang duduk-duduk di Masjidil Haram, ada seseorang yang menghampirinya seraya berkata: "Hai Abu Qudamah, anda adalah orang yang gemar berjihad di jalan Allah, maka ceritakanlah peristiwa paling ajaib yang pernah kau alami dalam berjihad."

"Baiklah, aku akan menceritakannya bagi kalian," kata Abu Qudamah.